Kompetisi WEB Kompas MuDA & AQUA
Air yang sudah tercemar sulit untuk kembali seperti semula paling tidak membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu pemerintah juga harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk mengolah air. Itulah sebabnya kalau terus seperti ini diprediksi pada tahun 2020 (sekarang udah 2011 bentar lagi kok…!?) Negara-negara berkembang akan mengalami Krisis air.
Indonesia juga tidak akan terlewatkan dari masalah itu. Kalau sudah begini apa yang akan kita perbuat?
Banyak hal yang harus kita perbuat, namun hal pertama yang paling penting merubah cara pandang kita. Cara pandangnya adalah air bukan untuk saya saja. Mengapa begitu? Disadari atau tidak kita sering melajujan pemborosan air, entah itu saat mandi, mencuci dan masih banyak lagi. Pada saat bersamaan juga masih banyak orang yang sulit mendapatkan air.
Cara pandang itu yang akan membawa pada sikap hemat air. Sekarang juga tanamkan air bukan untuk saya saja dan hemat air dengan cara-cara berikut ini:
1. Curah air hujan pada musim hujan dan kemarau sangat jauh perbedaanya. Oleh sebab itu untuk menguranginya kita harus buat parit/areal/sumur resapan untuk menampung air curah hujan. Supaya dapat lebih menyerap digunakan pohon atau tanaman. Dan jika dilihat sekarang bayak rumah-rumah yang tidak memilki halaman karena di Blok oleh semen atau semacamnya. Membuat resapan ini nantinya juga akan beribas mengurangi bahaya banjir dan kekeringan. Berikut Cara-cara yang digunakan.
• Areal Terbuka/Taman Resapan: Untuk meresapkan air hujan yang turun ke permukaan tanah. Caranya: taman diberi pembatas setinggi +/-10 cm dan buat lubang-lubang resapan biopori tersebar di taman sebaiknya dekat tanaman.
• Parit Resapan: Untuk meresapkan air hujan yang turun ke permukaan dan limpasan tandon air. Caranya: buat parit dengan lebar 20-30 cm dan kedalaman 10-15 cm, buat lubang-lubang resapan biopori di dalamnya.
• Lubang Resapan Biopori: Untuk mempercepat proses peresapan air di taman, parit maupun limpasan tandon air. Caranya: Buat lubang silindris diameter 10-15 cm dengan kedalaman tidak lebih dari muka air tanah, jarak antar lubang 50-100 cm. Mulut lubang dikelilingi adukan semen setebal 2-3 cm setebal 2 cm dan isi lubang dengan sampah organic (ini juga bisa dimanffatkan untuk mengolah sampah organic Rumah tangga misalnya; Sayuran yang sisa tidak bisa dimasak dll). Setiap 50 m² luas lahan dapat dibuat 20 lubang.
2. Air bekas mencuci beras/sayur/daging sering dibuang begitu saja. Namun sebenarnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Jadi, Tampunglah air lalu diguinakan untuk menyiram tanaman.
3. Jika setiap berwudhu air yang dapat ditampung sekitar 1-1,5 liter/orang, maka berapa banyak air bersih yang selama ini telah terbuang sia-sia? Manfaatkan itu dengan cara menampungnya kembali dan digunakan untuk menyiram tanaman atau yang lainnya.
4. Satu hal lagi kelalaian kita ketika menyikat gigi, mencuci mobil/motor atau yang lainnya. Biasanya air keran terus mengalir padahalrRata-rata air keran mengalirkan 9 liter air/menit. Rubahlah itu, jangan biarkan air keran terus mengalir selama menyikat gigi atau mencuci mobil/motor. Gunakan lap, ember dan gayung untuk mencuci mobil, upayakan agar air pencucian mobil (jika tanpa sabun) dapat kembali masuk ke tanah.
5. Saat mencuci baju, bilas dengan air secukupnya. Jika mencuci baju dengan mesin cuci, gunakan dengan jumlah yang memenuhi kapasitas maximal dari mesin. Gunakan baju secara efisien, tidak semua baju harus dicuci setiap habis digunakan. Hal ini akan menghemat air, listrik dan sabun cuci yang berpotensi untuk mencemarkan air. Manfaatkan air bilasan terakhir cucian ini untuk mengepel lantai atau membersihkan kamar mandi.
6. Mandipun kita juga membuang air yang cukup banyak terutama yang menggunakan gayung. Namun jika menggunakan shower akan menghemat air hingga sepertiganya (Saran ini boleh digunakan atau tidak karena berkaitan dengan biaya cukup Mahal). Gunakanlah air secara bijak bedakan volume air siram untuk buang air kecil dan besar.
7. Jika memungkinkan, upayakan agar air limbah rumah tangga dapat diolah kembali - baik dengan alat pengolah limbah maupun melalui fitoremediasi - sehingga dapat digunakan kembali (paling tidak untuk menyiram tanaman) atau jika tidak akan digunakan kembali, tetap aman jika dibuang ke lingkungan.
Sudah Tahu apa yang harus dilakukan kan’?.. Mulailah sekarang juga.. Jangan hanya terus Berdiam diri menunggu krisis air datang.
Sumber: Kementrian Negara Lingkungan Hidup.